Lompat ke konten
Home » Blog » Peran Pemuda dalam Mewujudkan Pembangunan Inklusif di Kalimantan Barat: Tantangan dan Harapan

Peran Pemuda dalam Mewujudkan Pembangunan Inklusif di Kalimantan Barat: Tantangan dan Harapan

  • David 
Area Head Bank Mandiri Pontianak, Agus Kurniawan, menyerahkan kenangan-kenangan ke Walikota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono saat kegiatan Social Project Pegawai Millenial Mandiri Ramah Disabilitas untuk pelayanan lebih inklusif.
Area Head Bank Mandiri Pontianak, Agus Kurniawan, menyerahkan kenangan-kenangan ke Walikota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono saat kegiatan Social Project Pegawai Millenial Mandiri Ramah Disabilitas.

Kalimantan Barat, dengan kekayaan alamnya yang melimpah dan keberagaman budayanya, menjadi landasan yang subur bagi impian pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. Namun, di balik panorama alam yang memukau, terselip tantangan besar yang menghalangi jalannya menuju visi pembangunan yang inklusif
bagi semua. Dalam konteks ini, peran pemuda Kalimantan Barat muncul sebagai kunci utama dalam menangkal tantangan dan membuka jalan menuju masyarakat yang inklusif.

Dalam esai ini, penulis akan mengeksplorasi peran vital yang dimainkan oleh pemuda Kalimantan Barat dalam memperjuangkan pembangunan yang inklusif, terutama dalam konteks tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dengan memahami tantangan yang dihadapi, peran yang dimainkan oleh pemuda, inisiatif yang telah diambil, dan tantangan yang masih dihadapi, kita dapat menggambarkan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana pemuda Kalimantan Barat dapat menjadi motor penggerak dalam pencapaian visi pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan merata di Kalimantan Barat.

Tantangan Pembangunan Inklusif

Sustainable Development Goals (SDGs) adalah serangkaian tujuan global yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengatasi tantangan-tantangan seperti kemiskinan, kelaparan, ketidaksetaraan, dan perubahan iklim, serta untuk mempromosikan perdamaian dan kesejahteraan bagi semua. Inklusivitas, yang merupakan prinsip sentral dalam SDGs, mengacu pada memberikan akses yang sama dan adil kepada semua individu, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus seperti disabilitas, tanpa memandang latar belakang atau kondisi fisik. Ini mencakup penyediaan layanan dan fasilitas yang dapat diakses oleh semua orang, serta memastikan bahwa mereka dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik.

Beberapa tujuan SDGs yang terkait dengan inklusivitas dan disabilitas adalah Tujuan 4 tentang Pendidikan Berkualitas, yang menekankan pentingnya pendidikan inklusif untuk semua individu agar mereka dapat mengembangkan potensi mereka sepenuhnya. Tujuan 8 tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, memungkinkan partisipasi produktif dan layak bagi semua, termasuk mereka yang memiliki disabilitas. Selain itu, Tujuan 10 tentang Pengurangan Ketimpangan memperjuangkan akses yang sama terhadap layanan dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat untuk semua,
termasuk orang-orang dengan disabilitas. Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi semua individu. Hal ini pada gilirannya akan meningkatkan kualitas hidup mereka serta memperkuat kemajuan pembangunan berkelanjutan secara keseluruhan.1

Dengan demikian, penulis mengajak untuk memulai pemahaman mendalam tentang tantangan di Kalimantan Barat dalam mewujudkan masyarakat yang inklusif bagi semua. Tantangan inklusivitas di Kalimantan Barat melibatkan beberapa aspek yang mencakup pengumpulan data, pendidikan, infrastruktur, pendidikan dan pelatihan, serta penghasilan. Pertama, tantangan utama adalah kurangnya data yang akurat tentang populasi disabilitas di Kalimantan Barat, yang sulit untuk merencanakan
program yang tepat tanpa data yang memadai.2

Aksesibilitas Pendidikan untuk Disabilitas

Kedua, meskipun pemerintah berkewajiban memberikan hak pendidikan kepada anak-anak dengan disabilitas, masih ada hambatan yang dihadapi. Hambatan tersebut meliputi fasilitas sekolah inklusif yang kurang, infrastruktur yang tidak memadai, dan biaya pendidikan yang tinggi. Sebagai contoh, pada tahun 2010, hanya sekitar 1.121 dari total 4.001 anak dengan disabilitas yang dapat mengakses pendidikan melalui Sekolah Luar Biasa. Kurangnya aksesibilitas pendidikan tersebut menunjukkan masih adanya hambatan bagi anak-anak berkebutuhan khusus di setiap wilayah kabupaten/kota3.

Infrastruktur yang Belum Ramah Disabilitas

Ketiga, infrastruktur yang belum ramah bagi penyandang disabilitas, terutama di daerah pedesaan, menghambat mobilitas dan aksesibilitas mereka. Selain itu, kesenjangan dalam pendidikan dan partisipasi pelatihan bagi penyandang disabilitas juga menjadi hambatan besar dalam mencari pekerjaan produktif dan mendapatkan penghasilan yang layak4. Tantangan-tantangan ini membutuhkan kerja sama dari pemerintah, organisasi masyarakat sipil, sektor swasta, dan masyarakat umum untuk meningkatkan inklusivitas. Lebih jauh lagi, memastikan partisipasi penuh semua individu, termasuk penyandang disabilitas, dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik di Kalimantan Barat.

Pemuda dan Pembangunan Inklusif

Peran pemuda dalam membangun pembangunan berkelanjutan yang inklusif di Kalimantan Barat sangat penting. Contoh peran yang telah dilakukan oleh pemuda di Kalimantan Barat adalah kampanye Hari Bahasa Isyarat Internasional yang diadakan setiap tahun. Hari Bahasa Isyarat Internasional (HBII) diselenggarakan oleh West Borneo Deaf Community bersama Gerakan Kesejahteraan Tuna Netra Indonesia (Gerkatin). Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang budaya dan komunitas tunarungu. Tidak hanya itu, kampanye ini mengajak orang non-disabilitas untuk belajar bahasa isyarat guna menciptakan lingkungan yang inklusif untuk semua orang.

Selain itu, komunitas Kerabat Peduli Inklusi yang berdiri di Pontianak juga memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu disabilitas. Melalui interaksi dengan teman-teman disabilitas, pemuda dapat saling memahami tantangan yang dihadapi oleh mereka dan bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih inklusif5.

Tidak hanya itu, pemuda juga terlibat dalam mengembangkan program pelatihan bersama perusahaan untuk menyediakan pelatihan kerja bagi penyandang disabilitas. Program ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mereka agar dapat mandiri dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian, pemuda tidak
hanya memfasilitasi integrasi penyandang disabilitas ke dalam pasar kerja, tetapi juga mendorong inklusivitas di sektor kerja6.

Hambatan yang Dihadapi Pemuda untuk Pembangunan Inklusif

Hambatan yang dihadapi oleh para pemuda dalam pembangunan berkelanjutan yang inklusif, termasuk penyandang disabilitas, meliputi stigma dan diskriminasi. Penyandang disabilitas sering mengalami perlakuan buruk dan persepsi negatif terhadap kemampuan mereka akibat kurangnya pemahaman dan
kesadaran tentang disabilitas.7

Selain itu, infrastruktur yang tidak memadai juga menjadi hambatan utama, terutama di daerah pedesaan8. Keterbatasan aksesibilitas pada infrastruktur sering diabaikan dalam perencanaan pembangunan, memperburuk masalah ini. Tidak jarang, hal ini dianggap sebagai beban tambahan atau biaya yang tidak murah. Kurangnya pengalaman dan pelatihan mendukung inklusi orang-orang dengan disabilitas dapat menjadi hambatan dalam pendidikan dan pekerjaan. Tanpa dukungan yang tepat setelah pelatihan, individu mungkin merasa sulit untuk menerapkan keterampilan atau pengetahuan yang telah dipelajari9.

Lebih jauh lagi, keterlibatan mereka dalam proses pembuatan kebijakan publik masih terbatas, menghambat realisasi hak-hak mereka dalam perencanaan kebijakan publik. Dalam menjalani perjalanan menuju visi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan di Kalimantan Barat, pemuda memiliki peran yang tak tergantikan. Dengan kekayaan alam dan budaya yang melimpah, Kalimantan Barat memiliki potensi besar untuk menjadi landasan yang subur bagi impian tersebut. Namun, di balik panorama alam yang memukau, terdapat tantangan besar yang harus dihadapi. Tantangan ini tidak bisa diatasi tanpa peran aktif dan kolaboratif dari para
pemuda.

Harapan Pembangunan Berbasis Inklusivitas

Melalui pemahaman mendalam tentang tantangan yang dihadapi, peran yang dimainkan oleh pemuda, serta inisiatif dan tantangan yang masih dihadapi, kita dapat melihat betapa pentingnya kontribusi pemuda dalam mewujudkan masyarakat yang inklusif. Dengan keterlibatan aktif dalam kampanye tentang kesadaran inklusivitas, pembangunan infrastruktur yang ramah disabilitas, dan pengembangan program pelatihan, pemuda Kalimantan Barat telah membuktikan bahwa mereka mampu menjadi agen perubahan yang efektif.

Meskipun masih ada banyak hambatan seperti stigma dan diskriminasi, infrastruktur yang tidak memadai, dan kurangnya pengalaman dan pelatihan, pemuda tetap berperan sebagai pelopor perubahan. Dengan semangat kolaborasi dan dedikasi yang tinggi, mereka mampu membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan berkelanjutan bagi semua individu, termasuk penyandang disabilitas. Dengan demikian, peran pemuda dalam membangun masa depan yang lebih baik untuk Kalimantan Barat tidak boleh diabaikan.

Referensi

  1. https://sdgs.un.org/goals ↩︎
  2. https://en.antaranews.com/news/266146/west-kalimantan-pushes-for-collection-of-disabled-population-data ↩︎
  3. https://www.bing.com/ck/a?!&&p=32f0b2b08520572eJmltdHM9MTcxNTIxMjgwMCZpZ3VpZD0wNWE0MWU0Ny0wNTJjLTZmZmQtMGYzMC0wZTkwMDQ3YTZlNzUmaW5zaWQ9NTE5Mw&ptn=3&ver=2&hsh=3&fclid=05a41e47-052c-6ffd-0f30-0e90047a6e75&psq=The+Fulfillment+of+Children+with+Disabilities+Education+Rights+in+West+Kalimantan&u=a1aHR0cHM6Ly9qdXJuYWwudXNrLmFjLmlkL0FJQ1MtU29jaWFsL2FydGljbGUvZG93bmxvYWQvMTI2NzYvOTc4Mw&ntb=1 ↩︎
  4. https://www.lpem.org/wp-content/uploads/2021/08/WP-LPEM-063_Assessing_Indonesias_Inclusive_Employment_Opportunities_for_People_with_Disability_in_the_Covid-19_Era.pdf ↩︎
  5. https://pontianak.tribunnews.com/2018/03/26/ingin-jadi-volunteer-komunitas-kerabat-peduli-inklusi ↩︎
  6. https://www.suarapemredkalbar.com/read/advertorial/16122019/social-project-pegawai-millenial-bank-mandiri-ramah-disabilitas-selenggarakan-berbagai-kegiatan ↩︎
  7. https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/23201Persons_with_Disabilities_Stakeholder_Group__Position_Paper__HLPF_2019.pdf ↩︎
  8. https://www.unicef.org/indonesia/media/19556/file/Landscape%20analysis%20on%20children%20with%20disabilities%20in%20Indonesia.pdf ↩︎
  9. https://www.un.org/disabilities/documents/egms/2015/Kenji_Kuno_Journal.pdf ↩︎

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *