Merutuki diri dengan banyaknya pertanyaan tentang diri sendiri. Kenapa aku dilahirkan? Kenapa aku terlahir menjadi manusia yang banyak kurangnya, kenapa aku menjadi manusia yang banyak membuat orang justru terluka? Mengapa memiliki sifat egois, kenapa begitu? Kenapa?
Aku pun tak memiliki banyak kosa kata untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan itu. Antara aku ingin tahu atau aku hanya muak dengan diriku sendiri setelah sejauh ini. Rasanya menyalahkan diri ini lebih pas dan pantas dibandingkan berbicara dan mencoba memperbaiki.
Hebatnya, aku adalah manusia paling menyebalkan yang terlahir di muka bumi ini. Mengiyakan dan melakukan cibiran mereka adalah salah satu keahlianku. Semakin keras semakin menjadi perlakuanku.
Biar, biarlah mereka kesal karena ucapannya nyata. Lebih baik begitu agar nampaklah yang benar-benar paham akan aku.
Hmm.. tapi rupanya tak selalu benar.
Dugaan dan prasangka sesekali bolehlah meleset. namun kali ini rasanya akan mengecewakan jika iya.
Tiba-tiba jadi benci terhadap diri ini rasanya. Terlalu hilang dan sulit terkendali. Seolah lupa dengan rentetan rasa syukur yang sebelum-sebelumnya aku langitkan.
Seolah lupa bahwa aku terlahir karena adanya sang pencipta. Lantas pertanyaan mengapaku berubah menjadi bagaimana?
Bagaimana aku mengatasinya?
Bagaimana aku melewatinya?
Bagaimana aku menyikapinya?
Sepertinya, merutuki diriku sendiri adalah keahlian terhebatku setelah terlahir menjadi manusia menyebalkan. Aku sendiri tidak pernah tahu akhirnya bagaimana.