Tahukah kamu bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi? Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi negara ini, termasuk keanekaragaman avifaunanya. Kita dapat menjumpai berbagai jenis burung dengan rupanya yang elok dan unik di Indonesia, contohnya merak hijau yang kerap menarik perhatian dengan pesona bulu ekornya yang dapat mekar menyerupai kipas. Namun, tahukah kamu bahwa di Indonesia terdapat jenis burung lain yang juga memiliki bulu menyerupai kipas? Mari berkenalan dengan ‘Kuau Raja’, burung langka pemilik kipas seratus mata.
Kuau Raja merupakan spesies burung dengan nama ilmiah Argusianus argus dan termasuk dalam family Phasianidae. Burung ini juga memiliki nama lain, yaitu burung Ruai. Mungkin belum banyak yang mengenal burung ini. Burung ini pernah dianggap punah sebelum akhirnya ditemukan kembali. Kita dapat menemukan Kuau Raja di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Burung ini juga merupakan maskot provinsi Sumatera Barat.
Ciri-ciri Kuau Raja
Kuau Raja merupakan satu diantara burung terbesar di dunia. Panjang tubuhnya dapat mencapai 200 cm pada jantan dewasa. Tubuh burung ini berwarna coklat kemerahan dengan kulit kepala berwarna biru dan tengkuk kehitaman. Terdapat jambul berwarna kecoklatan pada bagian kepala. Ekor burung ini panjang merumbai dan dua helai bulu di ekornya dapat mencapai panjang 1 meter.
Kuau Raja jantan dewasa dapat mencapai bobot 10 kg. Bulu sayap dan ekornya panjang dengan corak menyerupai oceli atau mata serangga. Burung jantan dapat memekarkan sayapnya hingga menyerupai kipas untuk memikat betina pada musim kawin. Corak bulat menyerupai mata pada bagian sayap ini dapat berjumlah ratusan, sehingga sering disebut sebagai seratus mata.
Kuau Raja betina memiliki ciri tubuh yang berukuran lebih kecil dari jantannya, yaitu sepanjang 75 cm. Bulu sekunder pada burung betina lebih pendek dengan motif yang tidak terlalu bervariasi daripada jantannya. Bulu pada betina juga cenderung lebih gelap.
Habitat dan Persebaran Kuau Raja
Persebaran Kuau Raja di Indonesia ada di wilayah pulau Sumatera dan Kalimantan. Burung ini juga tersebar secara global di Malaysia, Myanmar, Thailand, dan Brunei Darussalam. Kuau Raja merupakan burung yang cenderung beraktivitas di permukaan tanah. Burung ini biasanya hidup pada hutan primer dataran rendah hingga ketinggian 1.500 mdpl. Namun, pengaruh aktivitas manusia dan perusakan habitat menyebabkan sulitnya menemukan burung ini.
Perilaku dan Keunikan Kuau Raja
Senang Beraktivitas di Permukaan Tanah
Kuau Raja merupakan burung yang tidak mampu untuk terbang jauh. Namun, burung ini memiliki kemampuan berlari yang cukup baik. Selain mampu berlari cepat, burung ini juga mampu melompat dari satu pohon ke pohon lainnya. Kemampuan-kemampuan ini mendukungnya untuk mencari makan dan beraktivitas di permukaan tanah.
Kuau Raja merupakan hewan omnivora. Makanan burung ini mencakup buah-buahan, biji-bijian, siput, semut, maupun serangga lainnya. Burung ini juga berkeliaran di semak pohon untuk mencari makan. Sebagai burung yang cenderung beraktivitas dengan berjalan di atas tanah, Kuau Raja juga membangun sarangnya di permukaan tanah.
Bersuara Unik dan Nyaring
Kuau Raja mengeluarkan suara khas yang berbunyi seperti “Ku-wau” dan dapat berulang setiap 15-30 detik. Suara burung ini cenderung nyaring dan meledak-ledak. Kuau Raja juga memanfaatkan suaranya yang nyaring ini untuk menandai teritorialnya.
Memikat Betina dengan ‘Seratus Mata’
Kuau Raja jantan bersifat soliter dan teritorial. Burung ini akan bersuara di daerahnya pada pagi hari. Burung jantan juga menjaga wilayahnya dengan membersihkan daerahnya dari daun-daun, ranting, semak, maupun batu. Ketika musim kawin tiba, burung jantan akan memamerkan bulu sayap dan ekornya yang membentuk kipas untuk menarik perhatian betina. Kuau Raja merupakan hewan poligini, sehingga satu jantan dapat memiliki lebih dari satu betina.
Burung yang Peka Terhadap Sekitarnya
Kuau Raja selain memiliki suara yang nyaring juga memiliki pendengaran dan penciuman yang tajam. Bahkan, masyarakat percaya burung ini mampu mendeteksi adanya gempa melalui reaksi secara instingnya dan akan menunjukkan perilaku tidak biasa ketika akan terjadi gempa. Namun, belum ada bukti ilmiah yang mendukung dugaan ini. Kuau Raja juga cenderung sensitif terhadap perubahan lingkungan, sehingga mengancam populasinya di alam.
Maskot Daerah Hingga Abadi dalam Berbagai Karya
Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 48 Tahun 1989 tentang pedoman penetapan identitas flora dan fauna daerah menetapkan Kuau Raja sebagai hewan maskot Sumatera Barat. Burung ini juga menjadi maskot perayaan Hari Pers Nasional tahun 2018 di kota Padang, Sumatera Barat.
Perilisan serangkaian perangko Indonesia tahun 2009 dengan tema ‘Burung Indonesia: Pusaka Hutan Sumatera’ juga turut mengabadikan burung Kuau Raja di dalamnya. Fakta menarik lainnya yaitu burung ini turut diabadikan dalam buku ‘The Descent of Man’ karya Charles Darwin yang terbit pada tahun 1874.
Ancaman Terhadap Populasi Kuau Raja
Sempat Dianggap Punah dan Ditemukan Kembali di Aceh
Kuau Raja termasuk dalam kategori spesies rentan atau Vulnerable (VU) menurut IUCN. Sementara itu, Peraturan Pemerintah nomor 7 Tahun 1999 menetapkan burung ini dalam kategori ‘Dilindungi’ di Indonesia. Burung ini sebelumnya pernah dianggap punah sampai akhirnya kembali ditemukan di wilayah Aceh.
Berita penemuan Kuau Raja yang sempat viral terjadi pada tahun 2023. Saat itu seseorang di wilayah Aceh membagikan momen ketika ia menemukan Kuau Raja di alam. Video penemuan burung tersebut menjadi viral setelah disiarkan dalam kanal YouTube @jaguarsniperkicau272.
Menjadi Target Perdagangan Ilegal
Populasi Kuau Raja mengalami keterancaman akibat berbagai aktivitas manusia, seperti perburuan dan perdagangan ilegal. Selain itu, perusakan habitat seperti degradasi hutan dan alih fungsi lahan turut mendorong kelangkaan spesies ini. Rusaknya habitat menyebabkan hilangnya tempat untuk berkembang biak dan menurunnya ketersediaan makanan bagi burung ini.
Upaya Perlindungan dan Konservasi
Konservasi Kuau Raja di antaranya di Hutan Konservasi Kalaweit Supayang di Solok, Sumatera Barat, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan Bukit Tinggi. Beberapa upaya konservasi dan perlindungan lainnya antara lain;
- Melakukan pendataan rutin oleh BKSDA untuk memonitor keberadaan Kuau Raja
- Melindungi habitat alami Kuau Raja
- Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kelangkaan Kuau Raja melalui sosialisasi dan edukasi
- Penegakkan hukum terkait perdagangan ilegal
- Kerjasama dari seluruh pihak dalam menjaga kelestarian Kuau Raja.